LaNyalla Bahas Imperialisme Modern dalam Bedah Buku Prahara Bangsa, Titip Harapan kepada Presiden Prabowo

SURABAYA – Senator Jawa Timur, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, membuka acara bedah buku Prahara Bangsa karya pengamat ekonomi-politik Ichsanuddin Noorsy, yang berlangsung di Hall KADIN Jawa Timur, Selasa (17/12/2024). Acara yang juga menghadirkan Guru Besar ITS Daniel M. Rosyid dan Associate Professor Universitas Airlangga Radian Salman ini dirangkai dengan dialog interaktif, dipandu Ketua PWI Jawa Timur, Lutfil Hakim.

Dalam diskusi, LaNyalla mengupas tuntas sejarah imperialisme modern, dimulai dari pertemuan Bretton Woods 1944, yang melahirkan strategi penguasaan global tanpa penjajahan fisik. Ia menjelaskan empat pilar utama imperialisme modern yang dirancang negara-negara maju untuk mengontrol negara berkembang:

  1. Bank Dunia (World Bank): Memberikan pinjaman bersyarat untuk pembangunan negara-negara yang baru merdeka.
  2. IMF (Dana Moneter Internasional): Membantu stabilitas moneter negara berkembang dengan syarat tertentu.
  3. GATT (Perjanjian Umum Tarif dan Perdagangan): Mengatur perdagangan internasional demi kepentingan negara maju.
  4. PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa): Mengendalikan politik global.

“Soekarno, di era Orde Lama, melawan sistem ini dengan bergabung ke blok COMECON yang digawangi negara-negara komunis. Namun, di era Orde Baru, kebijakan developmentalisme Presiden Soeharto membuka jalan bagi pengaruh kapitalis hingga puncaknya saat krisis moneter 1998,” tutur LaNyalla.

Ia menambahkan bahwa reformasi Indonesia yang diwarnai Amandemen Konstitusi 1999-2002 telah semakin memperdalam jeratan utang luar negeri dan kebijakan ekonomi global yang tak berpihak pada rakyat.

LaNyalla menyerukan gerakan kembali ke sistem bernegara yang dirancang para pendiri bangsa. Ia menegaskan, demokrasi Pancasila adalah solusi untuk mengembalikan kejayaan dan jati diri Indonesia.

“Harapan besar kita terletak pada Presiden Prabowo Subianto, yang dalam bukunya Paradoks Indonesia menulis pentingnya kembali ke Pancasila, mengutamakan kepentingan nasional, dan menerapkan sistem yang dirumuskan oleh pendiri bangsa,” ucapnya penuh harap.

Acara ini dihadiri oleh berbagai kalangan, termasuk akademisi, mahasiswa, wartawan senior, dan tokoh pemerhati konstitusi. Diskusi berlangsung dinamis, mempertegas pentingnya kesadaran bersama untuk menghadapi tantangan global melalui pendekatan yang berbasis Pancasila.

Share this