Kediri, KATARAKYAT.CO.ID – Aliansi Mahasiswa IAIN Kediri telah menggelar aksi damai pada Rabu, 26 Februari 2025. Aksi ini dimulai dari Lapangan Rejomulyo sebagai titik kumpul, kemudian dilanjutkan dengan konvoi ringan melalui rute perempatan Ngronggo ke arah timur, perempatan Bence ke selatan, hingga memasuki kawasan kampus dan berakhir di depan Gedung Rektorat IAIN Kediri. Kegiatan ini berlangsung dari pukul 09.00 WIB hingga 13.00 WIB.
Aksi tersebut dilatarbelakangi oleh berbagai permasalahan kebijakan di kampus, seperti kurangnya transparansi anggaran, ketidakjelasan sistem Bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) dan Praktek Ibadah, serta kasus pelecehan seksual yang belum ditangani secara tegas.
Yusuf, selaku Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) IAIN Kediri, menjadi penggerak utama aksi ini setelah melihat banyaknya keluhan mahasiswa. Ia menyatakan bahwa berbagai permasalahan tersebut sudah lama terjadi, tetapi belum ada gerakan konkret untuk menanggapinya. Dengan posisinya saat ini, ia merasa perlu untuk menginisiasi aksi sebagai bentuk perlawanan. “Berbagai permasalahan ini sudah lama terjadi, tetapi tanpa ada yang menggerakkan, semangat mahasiswa hanya terpendam. Saat diskusi di forum perkopian, semua keluh kesah akhirnya mencuat, dan hanya ada satu kata: LAWAN!” ujarnya dengan tegas.
Aliansi Mahasiswa IAIN Kediri menyampaikan lima tuntutan utama dalam aksi ini, yaitu:
1. Transparansi anggaran kampus
2. Perbaikan sistem Bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an dan Praktek Ibadah
3. Kejelasan informasi terkait perubahan status IAIN Kediri menjadi UIN Syekh Wasil

4. Penindakan tegas terhadap pelaku pelecehan seksual
5. Pembenahan sistem Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang dinilai bermasalah
Salah satu peserta aksi, Irvan, menambahkan bahwa sebenarnya ada lebih banyak tuntutan yang diajukan dalam diskusi sebelumnya. Namun, mereka memilih untuk menyampaikan beberapa tuntutan terlebih dahulu agar lebih diperhatikan. Ia juga menegaskan bahwa jika tuntutan ini tidak ditanggapi, maka mahasiswa akan kembali melakukan aksi dengan tuntutan yang tersisa.
Dalam aksi ini, mahasiswa juga menyoroti kondisi kampus yang dinilai masih jauh dari standar kelayakan sebagai universitas. Seorang peserta aksi bahkan menyatakan, “Jangan dulu bicara soal layak atau tidaknya menjadi UIN, untuk menjadi IAIN saja masih jauh dari kata pantas.” Oleh karena itu, mereka meminta perwakilan dari Kementerian Agama Kota Kediri untuk hadir dan menyampaikan kondisi kampus kepada Kementerian Agama RI.
Aksi yang berlangsung cukup lama ini akhirnya mendapat respons dari pihak rektorat, yang diwakili oleh Rektor, Wakil Rektor I, dan Wakil Rektor III. Setelah sekitar satu jam mahasiswa menunggu, pihak rektorat keluar menemui massa aksi. Dalam pertemuan tersebut, Wakil Rektor I, Subakir, menyatakan bahwa seluruh tuntutan mahasiswa akan diterima dan segera ditindaklanjuti.
Namun, sikap Rektor IAIN Kediri, Wahidul Anam, menuai sorotan karena dinilai arogan dan lebih banyak memberikan pembelaan yang berbelit-belit. Mahasiswa terus mendesak hingga situasi berhasil diredam oleh Wakil Rektor I dan III.
Sebagai hasil dari aksi ini, surat pernyataan yang berisi komitmen rektorat untuk melakukan pembenahan telah ditandatangani dengan materai Rp10.000 sebagai bukti sah. Dengan adanya dokumen ini, mahasiswa berharap pihak kampus benar-benar menindaklanjuti tuntutan mereka sebelum aksi serupa kembali dilakukan.
#Polreskedirikota #iainkediri #kemenagri #efisiensianggaran