Sosialisasi BPJS oleh Mahasiswa KKN di Ngronggo: Kolaborasi Antar Sektor Guna Wujudkan Masyarakat yang Melek Jaminan Kesehatan

Kediri, katarakyat.co.id — Aula kantor Kelurahan Ngronggo malam ini tampak lebih ramai dari biasanya, Rabu (30/7/2025). Puluhan warga berkumpul mengikuti acara Sosialisasi BPJS Kesehatan yang diinisiasi oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik kelompok 122 dari Universitas Islam Negeri Syekh Wasil Kediri. Acara ini menjadi bentuk nyata sinergi antara mahasiswa, lembaga pemerintahan, dan organisasi masyarakat untuk meningkatkan literasi kesehatan warga.

Kegiatan ini menghadirkan tiga narasumber utama dari tiga institusi berbeda, yaitu Aita Poerdiningsih Kepala Bagian Mutu Layanan Kepesertaan BPJS Kesehatan Cabang Kediri, Dr. Andreanina dari Dinas Kesehatan Kota Kediri dan Bagus Romadon Ketua KPW Relawan Kesehatan Indonesia Jawa Timur.

Ketua Kelompok KKN, Achmad Fawaid, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan langkah konkret mahasiswa dalam menjawab persoalan riil yang dihadapi masyarakat, terutama keresahan dan kebingungan warga terhadap sistem dan prosedur BPJS yang masih belum dipahami secara luas.

“Kami ingin kehadiran kami tidak hanya sebatas formalitas KKN. Kami melihat masih banyak warga yang bingung dan resah soal cara kerja BPJS—mulai dari pendaftaran sampai prosedur rujukan. Maka kegiatan ini kami hadirkan sebagai jembatan informasi. Harapannya, masyarakat bisa lebih percaya diri dalam mengakses hak kesehatannya,” ujarnya.

Antusiasme peserta langsung terlihat sejak sesi materi pertama yang disampaikan oleh perwakilan BPJS Kesehatan Cabang Kediri, Aita Poerdiningsih. Ia memaparkan secara ringkas namun jelas mengenai prosedur pendaftaran, layanan yang ditanggung, serta alur rujukan berjenjang dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional.

“Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwa pelayanan kesehatan bisa diakses secara optimal jika kita paham prosedurnya. Edukasi seperti ini sangat krusial,” ungkap Aita yang disambut antusias peserta.

Tak hanya menjadi ajang sosialisasi satu arah, acara ini dirancang interaktif. Mahasiswa membuka sesi diskusi terbuka, di mana audiens bisa mengajukan pertanyaan secara langsung kepada narasumber. Beberapa peserta bahkan membawa dokumen kepesertaan mereka untuk dikonsultasikan di tempat.

Momentum edukatif ini juga memperlihatkan bagaimana berbagai elemen dapat bersinergi secara harmonis. Mahasiswa berperan sebagai inisiator, lembaga pemerintah sebagai pemegang kebijakan, dan masyarakat sebagai subjek aktif yang ingin tahu dan terlibat. Kolaborasi ini menjadi titik tolak penting dalam memperkuat kesadaran kolektif akan pentingnya jaminan kesehatan.

Ketua Relawan Kesehatan Indonesia Jawa Timur, Bagus Romadon, turut menekankan pentingnya solidaritas lintas sektor.

“Kesehatan bukan hanya urusan pemerintah, tapi urusan kita semua. Kepekaan untuk berkolaborasi antara mahasiswa, masyarakat, organisasi, dan pemerintah harus terus dibangun agar tidak ada satu pun warga yang tertinggal dalam hal akses layanan kesehatan,” tegasnya.

Warga tampak saling berdiskusi dan berbagi pengalaman terkait layanan kesehatan yang pernah mereka akses. Bahkan beberapa di antaranya mulai menunjukkan minat untuk menjadi kader informasi kesehatan di lingkungan mereka.

Salah satu audiens, Risayanto ketua RT 1. RW 5, mengaku mendapatkan banyak manfaat dari acara ini.

“Ternyata banyak hal yang saya belum tahu soal BPJS. Setelah ikut acara ini, saya jadi paham cara mengurus dan menggunakannya. Penjelasannya mudah dimengerti dan saya senang bisa tanya langsung,” ungkapnya dengan wajah puas.

Acara ditutup dengan foto bersama para narasumber sebagai bentuk kebersamaan, Kegiatan hari ini menjadi bukti bahwa pendekatan dari hati ke hati, dengan bahasa sederhana dan kemasan yang inklusif, jauh lebih efektif dalam membumikan kebijakan publik seperti BPJS di tengah masyarakat. (Irvan/red)

Share this